Insiden tragis yang terjadi di Polres Solok Selatan, di mana seorang perwira polisi menembak rekannya hingga tewas, mencerminkan persoalan mendalam dalam integritas, profesionalitas, dan dinamika internal institusi kepolisian di Indonesia. Kasus ini tidak hanya mengguncang kepercayaan masyarakat, tetapi juga menyingkap persoalan serius terkait etika institusi, tata kelola, dan pengawasan dalam organisasi yang seharusnya menjadi penjaga hukum dan keadilan. Ketidaksenangan pelaku atas tindakan korban dalam menangkap pelaku tambang ilegal mengindikasikan adanya konflik kepentingan yang melibatkan potensi kolusi. Hal ini memperlihatkan celah dalam hierarki institusi, di mana loyalitas internal dan budaya kerja yang tidak sehat menciptakan lingkungan yang rawan konflik. Dalam teori organisasi, institusi hanya dapat berfungsi efektif jika memiliki sistem kontrol yang transparan dan akuntabel, sementara kasus ini menunjukkan sebaliknya—ada penyalahgunaan wewenang yang merusak legitimasi hukum.