JA Morgan

Quisque dolor fringilla semper, libero hendrerit allis, magna augue putate nibh ucibus enim eros acumin arcu

Padang sore Jumat (29/8), tepatnya pukul 16.00 WIB, teriakan “pembunuh” serentak menggema menuju Markas Polda Sumatra Barat. Suara itu lahir serempak dari keresahan yang bersarang di dada mahasiswa, masyarakta sipil, serta drivel ojol yang ikut berdiri di barisan. Mereka tidak sekedar berkumpul, ada keresahan bersama yang menyatu di tengah perkumpulan massa itu.

Di tengah Bukit Barisan, di antara Kab. Solok yang berjarak 80 km dari Kota Padang berdiri Bank Sampah di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo. Masyarakat bersama PT Astra melalui Program Kampung Berseri Astra (KBA) dari tahun 2019 mendirikan Bank Sampah untuk menjaga keasrian lingkungan Nagari. Zalfira Gusni dan dua orang kawan, Gusti Rosita Murni, Wirdatil Husna, sedang mendata pembukuan nasabah Bank Sampah dan menghitung jumlah sampah yang ditabung oleh masyarakat dalam bulan ini ( 3/8/2025).

Di tengah gempuran modernisasi dan derasnya arus budaya luar, masyarakat Nagari Tanjuang Baliak Sumiso, Kabupaten Solok meneguhkan identitasnya dengan melestarikan “Mambayia Kaua Nagari", sebuah tradisi adat yang penuh makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Digelar sekali dalam empat tahun, tradisi ini kembali digelar pada 28–31 Juli 2025, menyatukan unsur adat, agama, musyawarah, dan kebersamaan dalam satu rangkaian sakral. Dalam suasana haru dan khidmat, masyarakat berjalan bersama, memasak bersama, dan bermusyawarah untuk meneguhkan adat yang diwarisi dari nenek moyang mereka.

Padang, 02 Agustus 2025 - Langit mendung menaungi langkah ini saat memasuki halaman Museum Adityawarman, rumah bagi ribuan artefak sejarah dan budaya Minangkabau. Museum ini memang lebih dikenal sebagai tempat menyimpan warisan adat, pakaian tradisional, naskah kuno, serta pernak-pernik kebudayaan yang tak ternilai. Tapi hari itu, perhatian saya justru tertuju pada satu benda besar yang berdiri tenang di sisi halaman: sebuah pesawat tempur tua, AT-16 Harvard dengan nomor seri B-424.

Sore yang cerah memancarkan sinar matahari di Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Seorang pria berpakaian sederhana duduk di pos satpam, melepas lelah sejenak setelah bekerja sejak pagi hari (23/4/2025). Namanya Haria Eko (46 tahun). Rambutnya mulai memutih, tetapi semangatnya mengabdi untuk kedjajaan bangsa tidak pernah pudar.

Di tengah luasnya wilayah kampus dan padatnya aktivitas perkuliahan, muncul sebuah inisiatif unik bernama Ko-Mah, singkatan dari “Kece Ojek Mahasiswa” di Universitas Andalas. Ko-Mah hadir sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menjemput rezeki sekaligus membantu biaya pendidikan. Berawal dari keresahan ekonomi, layanan ojek lokal ini tidak hanya menawarkan tarif terjangkau—dengan potongan administrasi hanya seribu rupiah bagi pengemudi—tetapi juga menjadi cerminan semangat kemandirian dan solidaritas antarmahasiswa sejak pertama kali dicetuskan pada tahun 2022. Ko-Mah, yang awalnya hanya mendapatkan 10-20 pesanan per hari, kini telah berkembang pesat dengan rata-rata mencapai sekitar 80 pesanan setiap harinya. Pertumbuhan ini menjadi bukti efektivitas Ko-Mah sebagai solusi transportasi praktis di sela-sela rutinitas akademik yang padat.