Bank Sampah dan Budidaya Maggot Hasilkan Potensi Ekonomi dan jadi Solusi Masalah Sampah Nagari Talang Babungo

Di tengah Bukit Barisan, di antara Kab. Solok yang berjarak 80 km dari Kota Padang berdiri Bank Sampah di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo. Masyarakat bersama PT Astra melalui Program Kampung Berseri Astra (KBA) dari tahun 2019 mendirikan Bank Sampah untuk menjaga keasrian lingkungan Nagari. Zalfira Gusni dan dua orang kawan, Gusti Rosita Murni, Wirdatil Husna, sedang mendata pembukuan nasabah Bank Sampah dan menghitung jumlah sampah yang ditabung oleh masyarakat dalam bulan ini ( 3/8/2025).

Bank Sampah KBA Tabek dikelola oleh pemuda setempat, salah satu pengelolanya merupakan seorang Perempuan berusia 25 tahun, Zalfira Gusni , akrab dipanggil Fira, lulusan UIN Bukittinggi. Total seluruh pengurus Bank Sampah sebanyak 25 orang terdiri dari Direktur, Manajer operasional bank, Manajer operasional bisnis, dan Anggota.

Fira mengatakan perjuangan mendirikan Bank Sampah ini penuh dengan suka dan duka, mengajak masyarakat untuk menabung sampah saja membutuhkan waktu yang lama, Bank Sampah ini sendiri sudah berdiri sejak 2019, untuk menyadarkan masyarakat agar menabung sampah dibutuhkan waktu 4 tahun.

“Untuk melakukan sosialisasi pentingnya membersihkan sampah rumah tangga dan menanamkan nilai cinta lingkungan, kami lakukan dari tahun 2019 sampai 2023, di tahun 2024 sampai sekarang alhamdulillah masyarakat sudah sadar, sudah banyak yang menabung sampah di Bank Sampah KBA,” ucap Fira.

Fira dan Kawan-kawan melakukan sosialisasi Bank Sampah  ke perkumpulan ibu rumah tangga dengan menawarkan benefit uang. “Kalau kita manawarkan benefit uang kepada masyarakat untuk menabung sampah, masyarakat akan mau, uang hasil menabung sampah dimanfaatkan masyarakat untuk membeli kebutuhan rumah tangga juga, jadi tidak ada ruginya,” lanjut Fira.

Mengelola Sampah Menjadi Uang

Nasabah Bank Sampah sekarang sudah berjumlah 100 orang, setiap nasabah rutin manabung sampah setiap bulan, sampah yang ditabung berbagai jenis seperti sampah organik dan sampah anorganik. Sekali sebulan jumlah sampah nasabah dihitung per kg dan diuangkan sesuai sebanyak sampah yang ditabung oleh nasabah.

“Satu nasabah rata-rata mendapatkan uang 50 Ribu per bulan dari hasil menabung sampah, 1 kg sampah dihargai 1 Ribu, hasil tabungan tergantung jumlah sampah yang dikumpulkan oleh nasabah. Untuk pendapatan Bank Sampah rata-rata 500 Ribu per bulan, uang itu dijadikan kas anggota Bank Sampah,” jelas Fira.

Sampah dari Bank Sampah dibeli oleh pengepul dari Kota Padang dan sekitar Solok, selain itu sampah disini juga dibuatkan kerajinan, seperti Ecobrik dalam bentuk kursi dari sampah botol plastik, Buket bunga dari bekas kertas HVS, Bros dari sampah plastik. Tidak ada sampah yang terbuang, semua bisa menjadi nilai ekonomi bagi masyarakat.

Fira berharap kedepannya masyarakat lebih rutin bergotong royong untuk mengantarkan sampah ke Bank Sampah, dan sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan menabung sampah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi.

Ucapan terimakasih dari Fira untuk PT. Astra yang sudah membina dan memberi dukungan secara materil untuk pengembangan Bank Sampah.“ PT. Astra sangat membantu masyarakat, mulai dari menyadarkan hingga memberikan sarana dan prasarana untuk memajukan Jorong Tabek,’’ kata Fira.

Budidaya Maggot Solusi Mengurai Sampah

Di sebelah Bank Sampah KBA terlihat seorang Perempuan sedang membersihkan tempat budidaya maggot, Ibu Rosiarni (46 tahun) seorang pembudidaya maggot di Jorong Tabek, sudah 2 tahun ia melakukan rutinitas ini, demi merawat lingkungan sekitar.

Bank Sampah dan Budidaya Maggot sangat berkaitan erat, sampah organik digunakan untuk makanan maggot, pengelola maggot ada 2 orang yaitu Ibu Rosiarni dan Ibu Tuti Harlina, pembudidaya maggot sendiri masih dibawah Struktur Bank Sampah KBA.

Maggot merupakan larva dari jenis Black Soldier Fly (BSF), mempunyai kemampuan untuk mengurai sampah organik, seperti sisa makanan, sisa sayur-sayuran, sisa daging, sehingga membuat maggot kaya akan protein, karena itulah maggot bisa menjadi alternatif pakan ternak untuk ikan dan unggas.

Rosiarni mengatakan semenjak melakukan budidaya maggot sampah sisa makanan menjadi berkurang.“Sisa sayuran biasanya dibuang, sekarang bisa menjadi makanan maggot, dengan adanya maggot lingkungan menjadi bersih,’’ katanya.

Budidaya maggot terinspirasi karena masyarakat Jorong Tabek banyak bekerja sebagai peternak, sehingga maggot tidak terbuang secara sia-sia dan bisa dijual untuk pakan ternak. “Penghasilan maggot 20 kg per bulan, kalau diuangkan seharga 1,6 Juta, uang tersebut digunakan untuk kas kelompok,” jelas Rosiarni.

Bagi Rosiarni, tantangan budidaya maggot hanya kesulitan bibit, terkadang bibit dibeli online, kadang dibuat sendiri, kedepannya maggot bisa lebih memenuhi kebutuhan pakan peternak di Jorong Tabek, dan masyarakat lebih banyak lagi membudiyakan maggot di rumah untuk mengurai sampah rumah tangga, supaya lingkungan sekitar tetap asri dan nyaman.

Di depan Bank Sampah tampak seorang Niniak Mamak menggunakan kopiah hitam  dan baju taluak balango, ia bernama Rakanian, berusia (69 tahun), beliau sedang memantau rutinitas kegiatan anak- kemanakan.

Rakanian berharap dengan adanya bantuan PT. Astra untuk program Bank Sampah, lingkungan Nagari menjadi lebih bersih  dan kegiatan berjalan dengan lancar kedepannya.

“Alhamdulillah sampah terjaga, ekonomi masyarakat berkembang, kami mengajak seluruh  masyarakat untuk mempertahankan apa yang telah dibantu oleh PT. Astra, mudah mudahan kegiatan positif seperti ini tetap terus dilanjutkan oleh anak,cucu, kamanakan kita,” katanya.

Penulis: Rangga Zamahendra