Grand Opening & Sosialisasi Pemira FISIP UNAND 2025 Resmi Digelar: Tanda Kebangkitan Demokrasi Mahasiswa

Panitia Pemilihan Umum (PPU) resmi menggelar Grand Opening & Sosialisasi Pemira FISIP UNAND 2025, pada Rabu (20/11). Dihadiri oleh perwakilan pimpinan fakultas, organisasi mahasiswa, serta lembaga-lembaga pengawas dan penyelenggara Pemira, kegiatan ini menjadi momentum penting karena Pemira FISIP aktif kembali setelah vakum beberapa tahun.

Perwakilan Wakil Dekan I, Billy Febrima Hidayat, yang juga merupakan dosen Departemen Ilmu Politik dan pembina HIMA Ilmu Politik, menyampaikan bahwa Pemira pertama ini menjadi ruang bagi mahasiswa untuk memahami praktik demokrasi secara nyata.

“Pemira merupakan wadah bagi kita untuk memilih pemimpin atau elite politik di organisasi mahasiswa,” jelasnya. Ia menekankan bahwa penting bagi mahasiswa FISIP untuk memahami bahwa demokrasi tidak hanya berjalan di tingkat negara, tetapi juga di tingkat fakultas. Sosialisasi yang dilakukan sejak awal, kata Billy, diharapkan mampu mencegah munculnya praktik-praktik pragmatis dalam proses pemilihan.

Ketua DPM FISIP, Bagas Azwar Putra, menyebut Pemira ini merupakan bentuk perbaikan dari mekanisme sidang umum yang sebelumnya digunakan dalam pemilihan Ketua BEM. “Sebelumnya banyak kendala seperti kuorum yang tidak tercapai dan hambatan lainnya hingga sidang umum tertunda. Dari situ kami sepakat menyusun peraturan Pemira,” tuturnya.

Bagas juga menyoroti tantangan rendahnya partisipasi mahasiswa FISIP. Ia berharap kolaborasi antara BEM dan KMKHM dapat meningkatkan antusiasme mahasiswa untuk memilih pada hari pemilihan, yang dijadwalkan pada 11 Desember 2025. “Kami berharap Pemira ini menjadi awal yang baik dan tahun depan partisipasinya bisa lebih meningkat. Semoga penyelenggara bisa membuat Pemira tahun ini menjadi tolak ukur positif bagi kita semua,” ujarnya.

Dari sisi pengawasan, Ketua Panwaslu Pemira, Didi Rizki, menilai kebangkitan Pemira FISIP sebagai hal yang progresif. “Mahasiswa kini punya wadah yang netral untuk memilih pemimpin tanpa intervensi. Ini langkah bagus setelah lama vakum,” ujarnya.

Panwaslu juga sedang menyiapkan program “Lapor Cepat”, baik melalui Google Form maupun secara offline, demi memastikan jalannya Pemira sesuai prinsip demokrasi. Terkait minimnya partisipasi UKM maupun HIMA dalam awal sosialisasi, Didi menilai hal tersebut wajar karena Pemira baru kembali diaktifkan. “Ini jadi tugas kami dan PPU untuk kembali menaikkan branding Pemira agar partisipasi meningkat di tahun-tahun berikutnya,” tambahnya.

Ketua PPU, Fauzianne Sabila, memaparkan rangkaian Pemira yang telah disusun. Dimulai dari open recruitment calon Ketua dan Wakil Ketua BEM serta calon Ketua DPM yang dibuka pada 21 November, proses akan dilanjutkan dengan verifikasi berkas, kampanye media, kampanye dialogis, debat akbar, masa tenang, hingga hari pemilihan.

Ia berharap Pemira menjadi ruang demokrasi yang transparan di FISIP, terutama dengan banyaknya UKM fakultas baru yang membutuhkan sistem pemilihan yang jelas dan akuntabel. “Semoga regulasi semakin baik dan transparansi dapat terlihat mulai dari Pemira ini,” harapnya.

Ketua BEM FISIP, Irfan Fadila, menyatakan kebanggaannya atas kembalinya Pemira di FISIP, terutama karena fakultas ini merupakan rumah bagi kajian politik. “Ini gambaran bahwa pesta demokrasi mahasiswa benar-benar hidup kembali di fakultas kita,” jelasnya.

Menanggapi minimnya peserta sosialisasi, ia mengakui hal itu dapat berpengaruh terhadap jumlah pendaftar calon nantinya, namun di situlah tugas semua pihak untuk menyebarluaskan informasi Pemira. “Yang datang hari ini punya peran untuk menyampaikan bahwa Pesta Demokrasi FISIP sudah dimulai,” tegasnya.

Irfan berharap Pemira pertama ini berjalan luber dan jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil) serta mampu melahirkan pemimpin baru yang membawa organisasi mahasiswa FISIP ke arah lebih baik.

Penulis: Muhammad Fadhlan Athariq