Kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) FISIP Universitas Andalas perdana diselenggarakan pada 2025. Dalam rangkaiannya terdapat manajemen aksi dan simulasi aksi, pada Minggu (12/10) di Auditorium Unand. Materi tersebut diisi oleh Bung Calvin Nanda Permana dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang.
Menurutnya, manajemen aksi merupakan ilmu yang tidak bisa dipelajari secara instan karena lahir dari rangkaian pengalaman panjang gerakan mahasiswa di Indonesia. Ia menekankan meskipun sesi yang diberikan singkat, mahasiswa diharapkan mampu menindaklanjutinya dengan membangun ruang-ruang diskusi kritis setelah LKMM-TD usai. Diskusi inilah yang akan menjadi bekal penting dalam memahami situasi dan kondisi bangsa serta dalam mengasah keberanian mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi.
Lebih jauh, Bung Calvin menjelaskan, “manajemen aksi merupakan proses merancang, mengorganisir, hingga mengeksekusi aksi massa dengan tujuan yang jelas, narasi yang kuat, dan pembagian peran yang terstruktur. Ia menyebut pentingnya perencanaan yang matang agar sebuah aksi tidak terjebak pada spontanitas belaka, tetapi menjadi gerakan yang efektif, aman, dan berdampak,” ujarnya.
Bung Calvin juga menyoroti pentingnya konsolidasi sebelum aksi dijalankan. Konsolidasi tidak hanya sebatas menyatukan massa, tetapi juga menyusun strategi dan memastikan kesiapan teknis lapangan, mulai dari pembagian peran orator, negosiator, agitator, hingga tim keamanan, medis, dan publikasi. Baginya, setiap peran dalam aksi memiliki arti penting demi memastikan jalannya aksi tetap tertib, terarah, dan tidak kehilangan substansi politiknya. Selain itu, ia mengingatkan mahasiswa agar selalu memperhatikan aspek etika dan risiko aksi. Aksi mahasiswa, tegasnya, tidak boleh menjadi ruang provokasi atau ajang pencitraan, tetapi harus menjunjung nilai kemanusiaan dan non-kekerasan sebagai prinsip utama.
Sesi ini ditutup dengan simulasi aksi, di mana mahasiswa diajak mempraktikkan langsung bagaimana membangun isu, menyusun strategi, serta bernegosiasi dengan pihak otoritas yang diperankan panitia. Simulasi ini menjadi pengalaman berharga karena memperlihatkan bahwa aksi yang berdampak tidak mungkin lahir tanpa perencanaan matang, koordinasi yang solid, dan kesadaran kolektif akan tujuan sosial yang diperjuangkan. Melalui sesi ini, Bung Calvin berharap mahasiswa FISIP Unand angkatan 2025 dapat memahami bahwa aksi bukan sekadar turun ke jalan, melainkan bagian dari tradisi intelektual dan moral mahasiswa untuk memperjuangkan keadilan sosial.
Penulis:
Ghaza Alfatih