Diskusi Publik, Menyoal Represivitas Aparat dalam Demokrasi

Diskusi publik bertajuk “Represivitas Aparat dalam Demokrasi: Menyoal Peran Polisi di Indonesia” menghadirkan suara kritis dari Adrizal, Direktur LBH Padang. Dalam forum tersebut, ia menyoroti kondisi demokrasi Indonesia yang menurutnya semakin jauh dari cita-cita kedaulatan rakyat. Diskusi tersebut berlangsung di Pojok Steva 06/09/2025.

“Ya walaupun saya melihat sebagai sebuah wacana yang nggak terealisasi kepada rakyat, tapi ruang penyempitan hidup itu sangat terjadi di berbagai daerah. Sehingga jika kita berbicara mengenai kedaulatan rakyat, memang sangat jauh dari yang kita rasakan saat ini,” ujar Adrizal.

Pernyataannya menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia tidak lagi memberi ruang luas bagi masyarakat. Sebaliknya, ruang hidup publik justru semakin sempit akibat kebijakan dan praktik politik yang kerap menguntungkan kelompok tertentu. Menurut Adrizal, kata “Demokrasi” seolah hanya hadir sebagai slogan, bukan kenyataan yang dirasakan rakyat sehari-hari.

Menjawab pertanyaan mengenai apakah Indonesia masih bisa disebut negara demokratis, ia mengajukan refleksi yang cukup tajam. “Kalau pertanyaannya apakah negara kita masih demokratis, kita mau gimana lagi? Apakah kita mesti kerajaan atau mau gimana gitu? Walaupun beberapa kebijakan itu hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu,” tambahnya.

Ucapan tersebut menggambarkan ironi besar. Indonesia tetap mengklaim diri sebagai negara demokrasi dengan berbagai instrumen formal mulai dari pemilu, keberadaan parlemen, hingga kebebasan pers. Namun dalam praktiknya, demokrasi lebih sering dijalankan sebatas prosedural, bukan substansial. Rakyat masih sulit merasakan kedaulatan sejati karena ruang partisipasi terus menyempit.

Bagi LBH Padang, kondisi ini merupakan alarm serius. Demokrasi seharusnya melindungi dan memperluas ruang hidup rakyat, bukan mempersempitnya. Jika kebijakan negara hanya berorientasi pada kepentingan elit tertentu, demokrasi akan kehilangan maknanya dan hanya menjadi formalitas belaka.

Diskusi publik ini menegaskan pentingnya keberanian masyarakat sipil untuk terus mengingatkan negara agar tidak mengabaikan kedaulatan rakyat. Sebab tanpa kritik dan pengawalan, demokrasi hanya akan berjalan di atas kertas, sementara dalam kenyataan sehari-hari, rakyat semakin terpinggirkan.

Pernyataan Adrizal menjadi catatan penting: demokrasi bukanlah sistem yang hadir otomatis, melainkan hasil dari perjuangan terus-menerus. Jika ruang hidup rakyat semakin menyempit, maka demokrasi Indonesia berada dalam ancaman serius.

 

Penulis:

Ghaza Alfatih