Acara "Pak Rektor" BAKTI UNAND 2025 Tinggalkan Luka

Bimbingan Kegiatan Kemahasiswaan dalam Tradisi Ilmiah (BAKTI) Universitas Andalas pada 8 Agustus kemarin meninggalkan ironi yang menusuk usai simulasi mozaik, ada satu hal yang tertinggal, yang tertinggal bukan semangat, tapi tumpukan sampah yang mencoreng wajah kampus. Inilah pemandangan yang membunuh klaim UNAND sebagai “kampus hijau” dalam sekejap.

Namun masalah terbesar bukan pada sampah yang berserakan, melainkan pada kepemimpinan yang absen. Sebab, sebagaimana disampaikan Direktur Kemahasiswaan kepada UKM PHP, yang saya kutip melalui akun resmi @ukmphp_unand: “Bakti adalah acara Pak Rektor, UKM hanya diundang untuk tampil dan jangan sampai kalian rusak.” Jika ini adalah acara Pak Rektor, maka Pak Rektor harus berdiri di garis depan tanggung jawab moral atas insiden memalukan ini.

Apa arti Training Andalasian Character (TAC) yang diagungkan itu, jika pada ujian paling sederhana membuang sampah pada tempatnya mahasiswa baru sudah gagal? Sebab nyatanya panitialah kemarin yang memberesekan sampah yang tertinggal di lapangan. Apakah nilai SEJATI (Sabar, Empati, Jujur, Adil, Tanggung Jawab, Ikhlas) hanya menjadi mantra kosong di podium, sementara di lapangan ia mati tanpa perlawanan?

Pak Rektor, Universitas adalah pabrik peradaban, dan mahasiswa adalah guardian of value. Namun di bawah komando Bapak, acara yang seharusnya menjadi gerbang pembentukan karakter justru melahirkan tanda tanya besar: apakah pendidikan karakter di UNAND nyata, atau hanya kosmetik untuk pencitraan?

Kehadiran Bapak sebagai Rektor bukan hanya untuk membuka acara dan berfoto di barisan depan. Kehadiran sejati adalah memastikan nilai-nilai yang Bapak kumandangkan benar-benar hidup di hati mahasiswa. Dan pada hari itu, nilai-nilai itu runtuh di bawah acara yang Bapak klaim sebagai milik Bapak.

Ketika sampah berserakan di lapangan, yang berserakan bukan hanya plastik dan kertas, tapi juga kredibilitas kepemimpinan Bapak. Sebab kepemimpinan diukur dari keberanian memikul tanggung jawab, bukan dari seberapa mewah acara digelar atau seberapa apik dokumentasi dibagikan.

Pak Rektor, jika Bapak benar-benar percaya pada SEJATI, maka saat ini bukan waktunya berdiam. Ini adalah waktunya berdiri di hadapan mahasiswa, mengakui bahwa ada kegagalan, dan memperbaikinya. Sebab pemimpin sejati tidak hanya hadir di podium saat tepuk tangan bergema, tapi juga di medan kritik saat kepercayaan dipertaruhkan.

Penulis: Kevin Philip