Di tengah luasnya wilayah kampus dan padatnya aktivitas perkuliahan, muncul sebuah inisiatif unik bernama Ko-Mah, singkatan dari “Kece Ojek Mahasiswa” di Universitas Andalas. Ko-Mah hadir sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menjemput rezeki sekaligus membantu biaya pendidikan. Berawal dari keresahan ekonomi, layanan ojek lokal ini tidak hanya menawarkan tarif terjangkau—dengan potongan administrasi hanya seribu rupiah bagi pengemudi—tetapi juga menjadi cerminan semangat kemandirian dan solidaritas antarmahasiswa sejak pertama kali dicetuskan pada tahun 2022. Ko-Mah, yang awalnya hanya mendapatkan 10-20 pesanan per hari, kini telah berkembang pesat dengan rata-rata mencapai sekitar 80 pesanan setiap harinya. Pertumbuhan ini menjadi bukti efektivitas Ko-Mah sebagai solusi transportasi praktis di sela-sela rutinitas akademik yang padat.
Tak dapat dimungkiri, Universitas Andalas merupakan salah satu kampus dengan wilayah yang sangat luas. Di tengah kondisi tersebut, langkah kaki mahasiswa yang bergegas menuju kelas atau sekadar mengupas kesepian dengan bertemu teman, sering kali dipenuhi tantangan. Dari kondisi inilah lahir sebuah inisiatif sederhana namun penuh makna: Ko-Mah.
Bukan sekadar layanan ojek online, Ko-Mah hadir sebagai wadah penuh harapan dan cerminan antusiasme bagi mahasiswa dalam menjawab persoalan mobilitas sekaligus persoalan ekonomi. Terbentuk dari keresahan akan himpitan biaya pendidikan, Ko-Mah menjadi solusi praktis yang dapat memberdayakan waktu luang mahasiswa—baik sebagai pengemudi maupun penumpang. Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas dan kepedulian sosial bisa bersinergi menciptakan dampak positif di lingkungan kampus.
Cerita dari Balik Helm
Di balik salah satu helm pengemudinya, tersimpan kisah perjuangan seorang mahasiswi bernama Salsabila Ramadhani Hidayat, dari Program Studi Sastra Jepang angkatan 2021, yang merasakan secercah harapan di sela-sela kesibukan kuliahnya. Ia bergabung sejak awal mula Ko-Mah dicetuskan pada tahun 2022. Salsabila menjadi saksi hidup bagaimana inisiatif ini tumbuh dan berkembang dengan pesat.
“Awalnya pesanan harian hanya 10-20 orang. Sekarang, alhamdulillah bisa mencapai 80-an,” tuturnya dengan nada bersyukur.
Baginya, menjadi bagian dari Ko-Mah bukan semata-mata soal rupiah yang bisa menjadi pundi-pundi tambahan, tetapi juga tentang interaksi sosial antarmahasiswa. Ia merasa senang bisa membantu teman-teman yang membutuhkan transportasi cepat di lingkungan kampus.
“Sukanya bisa bantu teman-teman. Dukanya, kadang menghadapi pelanggan dengan berbagai karakter. Tapi sering juga dapat tip lebih, itu yang bikin semangat lagi,” ungkapnya seraya tersenyum, mengingat kebaikan hati para penumpangnya.
Promosi dilakukan dari mulut ke mulut dan melalui unggahan di akun Instagram resmi Ko-Mah, yang menjadi jembatan antara pengemudi dan penumpang, menciptakan jejaring komunikasi yang efektif dan personal.
Satu Seribu, Sejuta Arti
Kisah berikutnya terukir dalam perjalanan Abdul Hadi, mahasiswa Teknik angkatan 2022. Dirinya baru sebulan merasakan pengalaman menjadi bagian dari keluarga besar Ko-Mah namun sudah merasakan manfaat yang besar. Salah satu hal menarik baginya adalah nominal yang jauh lebih bersahabat di kantong mahasiswa.
“Cuma seribu rupiah per pelanggan, tanpa potongan admin yang besar seperti aplikasi lain,” ujarnya.
Skema biaya yang efisien ini membuat Ko-Mah sangat kompetitif dan menarik bagi mahasiswa. Pendapatan yang ia hasilkan bukan hanya sebagai bentuk pemanfaatan waktu luang, tetapi juga menjadi penopang kebutuhan akademiknya.
“Uangnya saya pakai buat nge-print laporan kuliah, sisanya ditabung,” lanjutnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana Ko-Mah tidak hanya memberi penghasilan, tetapi juga mendukung keberlanjutan studi. Semangatnya semakin tumbuh berkat dukungan penuh dari orang tuanya. Meski harus menghadapi tantangan seperti pelanggan yang terburu-buru di pagi hari atau pelanggan yang membatalkan pesanan, Abdul Hadi tetap melihat Ko-Mah sebagai jalan efektif dalam menambah rezeki dan melatih jiwa kemandirian. Pengalaman ini membentuknya menjadi pribadi yang lebih ulet dan bertanggung jawab.
Di Balik Ide dan Visi Sosial
Sosok Taufik berdiri di balik layar sebagai pendiri Ko-Mah. Ia memandang inisiatif ini bukan sekadar potensi bisnis di bidang transportasi, tetapi baginya Ko-Mah adalah bentuk perwujudan dari rasa kepedulian terhadap sesama mahasiswa yang tengah berjuang dalam menyelesaikan pendidikan dengan keterbatasan ekonomi.
“Latar belakangnya memang untuk membantu teman-teman yang kesulitan biaya kuliah,” ujarnya dengan tulus.
Visi sosial inilah yang menjadi fondasi utama berdirinya Ko-Mah, membedakannya dari layanan ojek komersial pada umumnya. Dalam proses pendiriannya, Taufik memulai dengan perancangan aturan main yang jelas, merekrut tim admin yang solid untuk memastikan operasional berjalan lancar, dan membentuk grup WhatsApp sebagai media interaksi dengan pelanggan yang akan memudahkan proses pemesanan dan komunikasi. Dalam prosesnya bukanlah tanpa tantangan.
“Awalnya sulit menyebarkan informasi. Tapi respons dari mahasiswa dan warga kampus sangat positif karena Ko-Mah ini terasa sangat membantu,” ujarnya lagi, menunjukkan bagaimana penerimaan positif dari komunitas kampus menjadi kunci keberhasilan Ko-Mah.
Lebih dari sekadar transaksi dan keuntungan, Taufik melihat Ko-Mah sebagai bibit dari gerakan sosial yang lebih besar. Ia berharap Ko-Mah dapat terus menebarkan manfaat, bahkan hingga menjangkau kampus-kampus lain di seluruh Indonesia. Sebuah ambisi mulia yang membuktikan bahwa ide sederhana bisa memiliki dampak yang sangat luas. Taufik juga memberikan pesan bagi generasi muda yang ingin membangun usaha lokal dengan kepedulian sosial. Sebuah nasihat yang menekankan pentingnya persiapan dan perencanaan matang dalam setiap langkah kewirausahaan sosial.
“Pelajari ilmunya dulu dengan matang, agar risiko kegagalan lebih kecil sebelum kita berani melangkah,” ungkapnya.
Kisah perjalanan para penggerak Ko-Mah bukan sekadar mobilitas di lingkungan kampus. Ini merupakan sebuah narasi tentang solidaritas—tentang bagaimana sebuah inisiatif kecil di ruang lokal mampu menumbuhkan harapan dan memberikan ketulusan melalui tangan-tangan yang ingin membantu sesama. Di setiap boncengan, tersimpan semangat kebersamaan dan perjuangan menuju hari esok yang lebih baik. Ko-Mah, bukan hanya sekadar ojek, melainkan cerminan kejernihan hati nurani mahasiswa Universitas Andalas yang saling menguatkan dan menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang angka dan nilai akademik, tetapi juga tentang karakter, empati, dan kepedulian sosial.
Penulis: Kelompok 4 Pengantar Jurnalistik, Prodi Ilmu Komunikasi B 2024