Menyoroti Tantangan dalam Debat dan Kesadaran Politik Pilkada Sumbar 

Padang, Detak Alinea--Diskusi publik bertajuk "Pencerdasan Pilkada" yang diselenggarakan LPM Detak Alinea dan Tim Halaman Bermain Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas pada (15/11/2024), menghadirkan sejumlah pemateri yang menyampaikan kritik mendalam terkait debat Gubernur Sumatera Barat yang disiarkan di TVRI Padang pada Rabu, 13/11/2024.

Salah satu pemateri, Dalmenda M.Si, dosen FISIP UNAND, menyayangkan bahwa debat yang seharusnya menjadi ajang penyampaian visi dan misi berbasis data, malah dipenuhi pernyataan yang kurang substansial dan lebih menyinggung ranah pribadi masing-masing kandidat. 

“Memprihatinkan karena debat yang seharusnya diisi dengan argumentatif berbasis data dan realisasi visi-misi, tetapi justru hanya tontonan recehan,” ungkap Dalmenda. 

Selain itu, Rangga Zamahendra, Pimpinan Umum LPM Detak Alinea, menyoroti perbedaan besar antara pemimpin saat ini dengan tokoh pemikir Ranah Minang terdahulu, seperti Tan Malaka. 

“Seorang pemimpin seharusnya memiliki ideologis! Materialisme dalam Madilog mendasari cara Tan Malaka memahami dan menjelaskan dunia nyata dan hubungan sosial,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa ideologi yang berakar pada kebutuhan material masyarakat akan menciptakan kesejahteraan lebih nyata dibandingkan pendekatan feodal yang sering dianut di masa lalu.

Kritik juga datang dari kalangan mahasiswa. Daffa, Ketua HIMAPOL FISIP UNAND, menegaskan pentingnya sikap kritis dalam memilih pemimpin, terutama di tengah tantangan politik pragmatis. 

“Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebelum memilih pemimpin, yaitu melihat kembali rekam jejak kepemimpinan calon pemimpin, serta bijak bersosial media,” ujarnya. 

Sementara itu, Habli, Ketua PHP, menyoroti bahwa pemilih cerdas didasari dari sektor pendidikan untuk melahirkan pemimpin yang berkualitas. Diskusi ini juga menyinggung matinya pergerakan mahasiswa saat ini, yang menurut Rangga disebabkan oleh minimnya literasi dan kesadaran politik. 

“Mahasiswa mayoritas mempraktikkan event organizer, memperhitungkan benefit apa yang didapat setelah melakukan demo dan kegiatan pergerakan semacamnya,” kritik Rangga. Ia mengajak mahasiswa untuk kembali kepada idealisme mereka, dengan membaca, menulis, berdiskusi, dan beradvokasi kepada masyarakat.

Kesimpulan dari diskusi ini memperlihatkan bahwa banyak calon kandidat pemimpin yang hanya berfokus pada slogan-slogan politik tanpa menunjukkan kemampuan berdebat atau gagasan yang kuat. 

“Banyak calon kandidat pemimpin daerah just say ‘Vote Me! Pilih Aku! Coblos No. sekian.’ Tapi saat dipanggil untuk memperdebatkan adu gagasan dan mengolah kerangka berpikir, justru hasilnya tidak sesuai dengan janji visi-misi,” kritik Daffa. 

Hal ini menjadi tantangan bagi mahasiswa dan masyarakat untuk lebih kritis dalam menilai calon pemimpin, agar kepemimpinan yang terpilih dapat benar-benar membawa perubahan positif bagi Sumatera Barat.

 

Penulis: Indriani Ratu Kendedes

Fotografer: Fadhil/Farhan

Editor: Silvia Junisa