WALHI Sumbar Rayakan HUT ke-28, Fokus Pemulihan Krisis Ekologis 

WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sumatera Barat merayakan ulang tahunnya yang ke-28, bertepatan dengan ulang tahun WALHI nasional yang ke-44. Acara peringatan ini digelar di Steva, Jalan Pagang Raya, Kota Padang, dengan mengundang berbagai elemen masyarakat seperti pejuang lingkungan hidup, pembela HAM, mahasiswa, jurnalis, akademisi, dan pegiat demokrasi. Mengusung tema "Pulihkan Sumatera Barat dari Krisis Ekologis" yang berlangsung mulai pukul 13.00 hingga 22.30, pada Rabu (16/10/2024).

Rangkaian acara meliputi pameran foto dan lukisan yang menggambarkan isu lingkungan di Sumatera Barat, diikuti oleh penampilan musik dan musikalisasi puisi satire yang mengkritik kondisi pemerintahan Indonesia. Malam harinya, sesi diskusi menghadirkan tokoh-tokoh pejuang lingkungan, aktivis HAM, dan akademisi untuk membahas krisis ekologi yang kian memburuk di Sumatera Barat.

Salah satu pembicara, Rifai Lubis, Direktur Yayasan Citra Mandiri Mentawai, menyoroti dampak pola konsumsi masyarakat perkotaan terhadap eksploitasi sumber daya alam di daerah pedesaan. 

"Kemewahan yang kita nikmati di kota berdampak pada penggusuran lahan masyarakat di kampung. Pola konsumsi kita semestinya mempengaruhi produksi industri, namun justru industri yang memaksa kita menganggap produk mereka sebagai kebutuhan," jelasnya. 

Rifai juga menyinggung konflik agraria yang terjadi di Nagari Kapa, Pasaman Barat, di mana lahan petani digusur oleh perusahaan sawit, mengakibatkan bentrok dengan aparat kepolisian.

Wengki Purwanto, Direktur Eksekutif WALHI Sumatera Barat, dalam wawancara dengan tim Detak Alinea, menekankan pentingnya kedaulatan rakyat dalam menyelesaikan krisis ekologi. 

"Akar krisis ekologi adalah krisis politik. Demokrasi adalah pintu masuknya, dan momentum pemilu harus kita manfaatkan untuk memulihkan Sumatera Barat dan Indonesia," tegasnya. Ia juga menyerukan gerakan kolektif untuk mendorong kedaulatan rakyat di tengah transisi kepemimpinan nasional yang akan terjadi pada 20 Oktober mendatang.

Acara puncak peringatan ulang tahun ini ditandai dengan pemotongan kue bertuliskan angka 28, diiringi tepuk tangan meriah para hadirin. Perayaan dilanjutkan dengan penampilan musik musisi lokal dan kembali diselingi musikalisasi puisi hingga acara berakhir pada pukul 22.30.

Penulis: Chalid Fajrul Akbar

Editor: Silvia Junisa