BNPB dan Universitas Andalas Gelar Kuliah Umum Kebencanaan, Ingatkan Ancaman Titik Megathrust di Mentawai

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Universitas Andalas menggelar Kuliah Umum Kebencanaan di Convention Hall pada hari Rabu (7/5/2025). Acara tersebut dihadiri oleh ratusan Mahasiswa dari berbagai Universitas di Padang, rekan-rekan BNPB, Rektor Universitas Andalas, serta Gubernur Sumatra Barat, H. Mahyeldi Ansharullah, S.P.

Kuliah Umum Kebencanaan ini berfokus pada penjelasan akan bahayanya bencana alam, bentuk-bentuknya, dan bagaimana cara menanggulanginya agar tidak memakan korban jiwa. Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., hadir sebagai narasumber pada acara tersebut. Ia menjelaskan bahwa bencana alam pasti akan terjadi dan memiliki siklus yang tidak dapat diprediksi.

“Bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami memiliki siklusnya tersendiri. Contohnya seperti bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004. Bencana tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi di Aceh. Para arkeolog menemukan ternyata beberapa puluh tahun sebelumnya sudah pernah terjadi bencana yang sama, bahkan sampai beberapa tahun sebelum masehi,” jelas Letjen Suharyanto saat menyampaikan kuliah umum di Convention Hall pada Rabu (7/5/2025). 

Kepala BNPB ini juga memaparkan beberapa bencana alam yang pernah melanda Sumatra Barat, seperti gempa bumi di Padang pada tahun 2009, erupsi Gunung Marapi di tahun 2023, hingga bencana yang masih terhitung baru, yaitu banjir lahar dingin di tahun 2024 lalu. Menurutnya, semua bencana alam tersebut pasti akan terjadi lagi dan tidak dapat dihindari.  

Letjen Suharyanto juga menjelaskan bahwa Sumatra Barat memiliki tiga titik megathrust yang berpotensi menghasilkan gempa bumi dan tsunami besar. Dua titik di antaranya telah lepas dalam bentuk gempa besar yang berpotensi tsunami. Namun, masih ada satu titik megathruts lagi yang belum lepas. Titik tersebut berlokasi di Mentawai dan sudah berumur 227 tahun sejak 1797. 

“Kami sudah melakukan eksperimen apabila titik megathrust di Mentawai lepas. Hal pertama yang pasti berdampak adalah kerusakan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), kemudian rumah penduduk di sekitar bibir pantai, dan kumpulan penduduk yang berlokasi di dekat sungai dan pelabuhan,” ujar Kepala BNPB tersebut. 

Suharyanto juga menampilkan video ilustrasi yang dibuat oleh BNPB mengenai skenario apabila tsunami megathrust melanda Kota Padang. Pihak BNPB memprediksi bahwa penduduk memiliki waktu sekitar 30 hingga 50 menit untuk melakukan evakuasi. Selain itu, BNPB juga menyarankan kepada Pemerintah Provinsi Sumatra Barat untuk menanam beberapa pohon bakau di sekitar Bandara Internasional Minangkabau dan di sepanjang bibir pantai untuk menahan laju tsunami.  

“Tujuan kami tidak untuk menakut-nakuti warga Padang. BNPB hanya ingin supaya warga waspada akan potensi bencana alam yang akan terjadi. Tentu kami tidak akan bisa melakukan evakuasi bencana sendirian. Mau seluruh uang dan fasilitas diberikan secara penuh, kami (BNPB) tetap tidak akan mampu. Makanya kami mengajak para civitas akademik, yaitu dosen dan mahasiswa untuk bisa ikut andil membantu kami dalam menanggulangi bencana alam. Saya berharap apabila bencana alam ini terjadi, Provinsi Sumatra Barat tidak lagi meminta bantuan ke BNPB. Tapi bisa menanggulanginya sendiri dan bahkan bisa membantu provinsi lain di luar Sumatra Barat,” pungkasnya.

Penulis: M. Fadhlan Athariq