Padang, Detak Alinea – Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas (Unand) bekerja sama dengan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian AID dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sukses menyelenggarakan talk show inspiratif. Mengusung tema “Indonesian AID: Mempererat Diplomasi, Memperkuat Ekonomi,” acara ini digelar pada Selasa, 27 Mei 2025, di Ruang Seminar Gedung I Unand.
Kegiatan ini menjadi langkah awal penjajakan kerja sama antara LDKPI dan Unand, yang diinisiasi oleh Departemen HI FISIP Unand. Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Dekan I FISIP, Dr. Tengku Rika Valentina. Dilanjutkan dengan keynote speech dari Direktur Keuangan Indonesian AID, Bapak Vigo Widjanarko, MM, yang menyoroti peran vital Indonesian AID dalam memperkokoh posisi dan kepentingan Indonesia di panggung global.
Talk show yang dimoderatori oleh dosen Departemen HI FISIP Unand, Ibu Denny Yarmawati, MA, menghadirkan dua narasumber kompeten: Bapak Azhar Basyir dari Indonesian AID dan Bapak Apriwan, MA, PhD, yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Hubungan Internasional FISIP Unand.
Dalam paparannya, Bapak Azhar Basyir menjelaskan sejarah, peran, dan mekanisme Indonesia sebagai negara donor dalam kerja sama pembangunan internasional. Ia menekankan bagaimana Indonesian AID menyalurkan hibah ke negara-negara berkembang, khususnya di kawasan Pasifik, untuk memperkuat hubungan diplomatik dan membuka peluang ekonomi strategis. Lebih lanjut, program hibah ini juga mendukung agenda kemanusiaan, kesehatan, dan pengembangan kapasitas, seperti beasiswa, pelatihan kerja, serta penguatan sektor kesehatan dan pendidikan di negara-negara mitra.
Dari sudut pandang akademis, Bapak Apriwan menggarisbawahi pergeseran signifikan Indonesia dari negara penerima menjadi negara pemberi bantuan (emerging donor). Menurutnya, dalam peran baru ini, Indonesia perlu cermat menyeimbangkan antara kepentingan normatif—kontribusi bagi ketertiban dan perdamaian dunia—dan kepentingan pragmatis yang bersifat politik dan ekonomi. Ia juga menyoroti tantangan geopolitik dalam pembangunan internasional, termasuk polarisasi kekuatan besar yang termanifestasi dalam agenda pembangunan, serta perbedaan pendekatan antara donor tradisional (negara OECD) dan donor baru (emerging donor) dalam skema Kerja Sama Selatan-Selatan.
Antusiasme tinggi mewarnai jalannya talk show, dengan lebih dari 200 peserta hadir dari lingkungan Unand maupun luar kampus. Diskusi menjadi semakin menarik karena disajikan dengan perpaduan perspektif praktis dan telaah akademis yang mendalam.
Keberadaan Indonesian AID dinilai sebagai suatu kebutuhan bagi Indonesia yang memposisikan diri sebagai emerging power atau middle power (kekuatan menengah). Lembaga ini berperan penting dalam memperkuat diplomasi dan soft power Indonesia di kancah internasional.
Diharapkan, kegiatan ini akan berlanjut dengan kerja sama konkret antara Indonesian AID dan Universitas Andalas, khususnya dalam berbagai program LDKPI yang dapat melibatkan kontribusi aktif dari universitas.
Penulis: Chalid Fajrul Akbar