Faezzil Arif Ketua DPM FISIP UNAND: Antara Harapan yang Pupus dan Kepemimpinan yang Bobrok

Pasca pelantikan Faezzil Arif sebagai Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Negara Mahasiswa (DPM-NM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas (FISIP UNAND) pada 25 Mei 2024, ekspektasi tinggi telah disematkan padanya untuk membawa perubahan positif. Namun, harapan tersebut seakan terbang entah kemana, digantikan oleh kekecewaan dan kebingungan yang mendalam.

Faezzil Arif, yang semula diharapkan mampu menjadi pemimpin yang cekatan dan visioner, justru menunjukkan kegagapan dan kebocilan dalam menjalankan tanggung jawabnya. Indikator paling mencolok dari kegagalannya adalah ketidakmampuannya dalam menyusun dan melaksanakan program kerja yang konkret untuk DPM-NM FISIP UNAND. Tanpa adanya program kerja yang jelas, arah dan tujuan organisasi menjadi kabur, membuat para anggotanya kehilangan arah dan semangat.

Lebih dari itu, kegiatan bonding yang seharusnya menjadi momen penting untuk membangun chemistry dan solidaritas antar anggota juga tidak terlaksana. Ini menunjukkan kurangnya inisiatif dan manajemen yang baik dari Faezzil Arif sebagai ketua. Sebuah organisasi yang tidak memiliki ikatan kuat antar anggotanya tentu akan sulit bergerak harmonis dan mencapai tujuannya.

Yang paling parah, Faezzil Arif gagal total dalam melaksanakan Sidang Umum (SU) untuk memilih nahkoda baru Badan Eksekutif Mahasiswa Negara Mahasiswa (BEM NM) FISIP UNAND. Sidang Umum yang seharusnya menjadi momen demokrasi internal justru dipending tanpa batas waktu yang jelas. Lebih buruk lagi, tidak ada transparansi maupun informasi yang memadai terkait penundaan ini. Warga FISIP UNAND yang seharusnya mendapatkan penjelasan malah dibiarkan dalam ketidakpastian.

Ketidakmampuan Faezzil Arif dalam mengelola organisasi dan memimpin dengan baik jelas berdampak negatif terhadap masa depan Negara Mahasiswa FISIP UNAND. Mahasiswa baru angkatan 2024 yang seharusnya mendapatkan wadah untuk berproses dan berkontribusi kini dihadapkan pada ketidakjelasan dan ketidakpastian. Ini tidak hanya menghambat perkembangan mereka, tetapi juga merusak citra dan kepercayaan terhadap DPM-NM FISIP UNAND secara keseluruhan.

Kepemimpinan Faezzil Arif yang gagap dan bobrok ini adalah cerminan dari kurangnya persiapan dan kedewasaan dalam mengemban amanah. Sebuah refleksi keras bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal duduk di kursi kekuasaan, tetapi juga soal kemampuan mengelola, merencanakan, dan menginspirasi. Tanpa itu, seorang pemimpin hanya akan menjadi beban, bukan pendorong kemajuan. FISIP UNAND membutuhkan pemimpin yang lebih dari sekedar nama di papan struktur; mereka membutuhkan sosok yang benar-benar mampu membawa perubahan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Penulis : Kevin Philip